Skip to main content

Letter of Motivation

Halo!

Perkenalkan nama saya Vita Devianti Putri, biasa dipanggil Vita. Saya lahir di Sidoarjo, 12 Desember 2002. Dari lahir sampai saat ini, saya tetap tinggal di Sidoarjo. Ketika masih menempuh pendidikan sekolah dasar, saya masuk di sekolah swasta. Selama 6 tahun bersekolah di swasta, membuat saya tidak memiliki bayangan atau bahkan keinginan untuk melanjutkan di sekolah negeri. Saya menyelesaikan pendidikan menengah atas yang seharusnya selesai di tahun 2021, tetapi karena saya mengikuti program percepatan saya lulus 1 tahun lebih cepat. Selama saya bersekolah, tidak sedikit prestasi yang, tetapi juga tidak sebanyak itu. Sebagian besar, saya meraih prestasi hanya dalam lingkup sekolah, misalnya kompetisi menulis sinopsis, story telling serta yang paling sering adalah kompetisi menyanyi. Saya juga memiliki pencapaian yang cukup baik dalam hal akademik. Saya masuk dalam 10 besar nilai akhir ketika SD dan SMA. Bisa dikatakan bahwa saya termasuk orang yang imbang dalam hal akademik dan nonakademik.

Pertama kali saya masuk sekolah negeri, saya merasa sulit untuk mendapatkan teman karena lingkup pergaulan yang berbeda dengan sekolah swasta. Dari cara berbicara, berpakaian, dan lain-lain, semuanya berbeda. Apalagi, saya termasuk orang yang sulit untuk beradaptasi dengan sesuatu yang baru. Setelah mengamati perbedaan-perbedaan yang ada, saya mulai menyadari suatu hal, yaitu relasi dengan bermacam-macam perbedaan di dalamnya itu sangat dibutuhkan. Perbedaan yang ada menjadikan saya dapat lebih menghargai, mengerti dan menerima pemikiran yang berbeda-beda. Terlebih, dengan adanya perbedaan saya mampu mensyukuri keadaan saya yang mungkin jauh lebih beruntung dari beberapa teman saya. Saya mulai menyadari akan nasib dan takdir setiap orang itu berbeda. Semenjak bersekolah di negeri, saya menjadi orang yang berpikiran terbuka akan perbedaan, tidak menghakimi suatu perbedaan dari satu sisi. Tentunya hal itu bisa saya terapkan dengan proses yang tidak mudah dan tidak sebentar.

Ketika mulai mengikuti berbagai kegiatan perlombaan, saya juga mulai mengerti apa yang saya bisa saya lakukan dan tidak bisa saya lakukan. Walaupun saya cukup baik dalam hal belajar, tetapi saya tidak akan bisa menjadi juara 1 olimpiade mata pelajaran apapun karena memang bakat belajar saya tidak sebaik itu. Sebaliknya, saya tidak tahu apakah saya mampu menjadi juara 1 dalam perlombaan bernyanyi solo karena saya memang saya belum mencoba sejauh itu. Sejauh ini saya hanya pernah menjadi harapan 1 perlombaan menyanyi tingkat kabupaten. Saya pernah merasa iri dengan dengan teman saya yang beberapa kali menjadi juara 1 perlombaan menyanyi tingkat provinsi. Dari situ saya mulai mengerti bahwa saya mungkin cukup baik dalam banyak hal, tetapi saya tidak cukup mahir dalam satu hal dari sekian banyak hal yang bisa saya lakukan. Saya merasa memang beginilah jati diri saya. Awalnya, saya merasa semua itu kurang. Namun, perlahan-lahan saya mulai menerima kemampuan saya apa adanya. Ya bisa dibilang agak sedikit menyerah atau mungkin kecewa karena seringkali menyia-nyiakan kesempatan yang ada untuk dapat mengembangkan bakat yang saya miliki.

Sisi lain dari diri saya adalah saya kurang bisa menjaga kesehatan diri saya sendiri. Tetapi saya beruntung karena saya memiliki papa saya yang sangat peduli akan kesehatan anggota keluarga. Selama pandemi Covid-19 ini, papa saya rehat dari proyeknya karena memang terkendala pandemi. Dan selama di rumah, papa saya selalu menyempatkan untuk bersepeda setiap pagi. Berbeda dengan saya yang lebih sering malas untuk berolah raga. Akhirnya, papa saya selalu menasehati saya untuk menyempatkan diri untuk sekadar berjalan kaki mengelilingi gang rumah untuk mendapatkan sinar matahari. Ketika saya sakit, saya mulai menyadari bahwa menjaga kesehatan merupakan bentuk dari menyayangi diri sendiri. Pintar dan rajin mengerjakan tugas saja tidak cukup jika tidak mampu menjaga kesehatan diri sendiri. Karena jika badan dalam kondisi sakit, kita juga tidak akan bisa mengerjakan banyak hal dengan maksimal.

Banyak hal yang bisa kita kerjakan di dunia ini. Semua hal yang kita kerjakan juga sebaiknya kita lakukan sesuai dengan kemampuan yang kita punya, jangan dikurangi atau ditambah. Cukup sesuai porsi kita masing-masing. Tolak ukur kesuksesan seseorang juga tidak hanya dinilai dari nilai dan banyaknya juara yang dimenangkan, melainkan sudah sebesar apa usaha yang mampu kita kerahkan untuk melakukan sesuatu agar memiliki hasil yang maksimal. Juga jangan lupa untuk selalu mencintai diri apa adanya dan menjaga kesehatan tubuh jika ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi lingkungan sekitar. Tidak perlu membanding-bandingkan kemampuan yang kita miliki dengan orang lain karena sejatinya setiap orang diberi bakat atau talenta yang berbeda-beda sesuai porsinya.

Terima kasih sudah membaca motivation letter saya. Semoga pengalaman-pengalaman pribadi saya dapat menginspirasi. Have a nice day!

Comments

Popular posts from this blog

Stres Akibat Jenuh Bekerja atau Belajar di Rumah

  Halo! Apa kabar? Sudah sejenuh apa selama beberapa bulan ini berkegiatan hanya di rumah? Saya harap sejenuh apapun kita saat ini, semoga kita tetap bisa menikmati kondisi saat ini dengan tulus. Semenjak diumumkan bahwa virus corona masuk ke Indonesia, berbagai cara dilakukan pemerintah untuk mencegah peningkatan jumlah positif corona. Salah satu cara yang diterapkan yaitu PSBB atau Pembatan Sosial Berskala Besar. Semua orang baik yang bersekolah maupun  bekerja diwajibkan untuk melakukan semua kegiatannya dari rumah masing-masing. Jika saat ini sudah memasuki era New Normal atau Normal Baru, para pekerja mulai diperbolehkan untuk bekerja di luar rumah dengan catatan harus mematuhi protokol kesehatan seperti mengenakan masker dan rajin mencuci tangan. Namun, bagi para pelajar baik siswa maupun mahasiswa masih belum bisa menikmati proses pembelajaran di luar rumah alias masih secara daring. Pada awalnya mungkin anggapan belajar dari rumah bisa menjadi suatu keuntungan karena bisa